Harwindra Yoga, Arsitek Digital Campina yang Menyatukan Teknologi dan Empati
Posted by: Agus Aryanto | 17-09-2025 09:34 WIB | 281 views
“Bekerja di industri es krim bukan hanya soal produk dingin yang menyegarkan, tapi tentang membangun hubungan yang hangat dengan konsumen.”

INFOBRAND.ID – Di balik manis dan dinginnya produk es krim Campina, ada perjalanan panjang seorang profesional yang membuktikan bahwa inovasi tak selalu lahir dari gebrakan besar, melainkan dari keberanian melangkah kecil secara konsisten. Ia adalah Harwindra Yoga Prasetya, sosok yang telah lebih dari dua dekade menjadi bagian dari transformasi komunikasi dan digital marketing PT Campina Ice Cream Industry, Tbk, sekaligus menjembatani dunia teknologi dengan empati kepada konsumen.
Awal Perjalanan: Dari Management Trainee ke Arsitek Digital Campina
Harwindra memulai karier di Campina pada 8 Maret 2005 melalui jalur Management Trainee. Saat itu, dunia digital marketing bahkan belum menjadi bagian arus utama. Namun sejak awal, ia memandang perjalanan karier bukan semata urusan jabatan, melainkan ruang untuk bertumbuh. “Saya beruntung bekerja di perusahaan yang open-minded dan memberi kepercayaan untuk mencoba hal baru,” kenangnya.
Kepercayaan itulah yang menuntunnya ke titik balik: menangani divisi yang bersentuhan langsung dengan konsumen, mulai dari Customer Care, Social Media, hingga Campina Home Delivery. Dari sana, ia membangun ekosistem komunikasi yang menyatukan dunia online dan offline: dari WhatsApp Official dengan chatbot commerce, telepon bebas pulsa, hingga kanal marketplace dan quick commerce. Evolusi ini bukan hanya teknis, tapi juga emosional—bagaimana Campina bisa hadir sebagai brand yang responsif, hangat, dan relevan di mata konsumen.
Mengelola kanal direct to consumer (DTC) memberinya pemahaman utuh tentang e-commerce, dari website, marketplace, food delivery, hingga instant commerce. WhatsApp menjadi touchpoint paling pesat berkembang, bertransformasi dari kanal layanan pelanggan menjadi kanal transaksi otomatis. Dalam dua dekade, Harwindra menyaksikan langsung bagaimana digital bukan lagi embel-embel, melainkan bagian tak terpisahkan dari strategi marketing itu sendiri.
Strategi Digital: Bertahap, Terukur, dan Konsisten
Mengemban tanggung jawab memimpin komunikasi dan digital marketing, Harwindra menghadapi tantangan menjaga keseimbangan antara ambisi dan realitas. “Prinsip saya sederhana: result must come first. Start small, lalu scale gradually dengan konsistensi dan kejelasan,” ujarnya. Bagi Harwindra, transformasi digital bukan tentang meluncurkan proyek besar yang spektakuler, tapi tentang langkah-langkah kecil yang diuji, dievaluasi, dan dikembangkan berdasarkan insight nyata dari konsumen.
Di era data yang melimpah, tantangan sesungguhnya justru ada pada kemampuan menyaring dan menyederhanakan data menjadi insight yang actionable. Kemampuan membaca metrik dan mengomunikasikan analisis kompleks dalam bahasa yang sederhana menjadi kunci untuk meyakinkan stakeholder, terutama mereka yang belum sepenuhnya digital-savvy. “Ketika hasil bisa dijelaskan dengan jernih, transformasi digital bukan lagi proyek teknologi, melainkan bagian dari budaya perusahaan,” tambahnya.
Untuk menjaga relevansi brand Campina, Harwindra menggabungkan pendekatan organik dan berbayar. SEO dijalankan sebagai strategi jangka panjang, sementara kampanye SEM dan PPC memanfaatkan sistem berbasis performa seperti Google Performance Max serta GMV Max di Shopee dan TikTok. Di sisi operasional, semua interaksi konsumen diintegrasikan melalui tools omnichannel, dari WhatsApp Official hingga DM media sosial, agar tim bisa mengelola pesan, testimoni, dan penjualan dalam satu dashboard terpadu—menjamin efisiensi sekaligus konsistensi layanan.
Kolaborasi E-Hailing: Memenuhi Ekspektasi Konsumen Digital
Langkah strategis lain yang dipeloporinya adalah mengintegrasikan layanan e-hailing ke dalam ekosistem e-commerce Campina. Sejak 2015, Campina hadir di GO-FOOD, lalu memperluas ke GRAB FOOD, GO-SEND, dan Grab Express. Pada 2021, layanan ini terhubung langsung dengan Google Maps dan website resmi Campina, www.icecreamstore.co.id, serta marketplace populer seperti Tokopedia dan Shopee.
Bagi Harwindra, kolaborasi ini adalah wujud nyata prinsip consumer-first. Alih-alih memaksakan pengiriman reguler H+1, Campina memilih menghadirkan opsi on-demand yang sesuai ekspektasi konsumen era digital: cepat dan tanpa friksi. Strategi ini membuat Campina tak perlu membangun armada sendiri, melainkan memanfaatkan ekosistem pengiriman instan yang sudah mapan. “Ini bukan hanya efisiensi operasional, tapi juga bukti adaptasi terhadap perilaku konsumen yang semakin instan,” ujarnya.
Akademisi, Pembicara, dan Mentor: Merajut Dua Dunia
Menariknya, Harwindra tidak hanya berkiprah di industri, tapi juga di dunia akademik. Sejak 2014, ia menjadi dosen non-permanen di Universitas Indonesia, mengampu mata kuliah Integrated Digital Marketing, Digital Behavior Analysis, Advertising Practicum, hingga Integrated Marketing Communications. Bagi Harwindra, ruang kelas dan ruang kerja adalah dua dunia yang saling memperkaya. Insight praktis ia bawa ke kampus, sementara pendekatan akademis ia terapkan dalam strategi di Campina.
Ia juga aktif menjadi pembicara di berbagai forum seperti Brand Talk dan IBC Class bersama INFOBRAND.ID. Bagi Harwindra, tampil sebagai narasumber bukan sekadar berbagi ilmu, tetapi juga bentuk tanggung jawab. “Pesan utama saya: jika sudah menekuni suatu bidang, pelajari terus hingga kita dikenal sebagai salah satu ahlinya. Tidak harus menguasai semuanya, tapi pilih satu-dua bidang sesuai passion dan tekuni secara mendalam,” pesannya.
Saat ini, ia tengah mendalami performance marketing dan data science, dua bidang yang menurutnya saling melengkapi—satu bicara efektivitas, satu bicara pemahaman perilaku konsumen.
Filosofi Kepemimpinan: Belajar, Terbuka, dan Hadir Sepenuhnya
Di tengah dunia komunikasi yang cepat berubah, Harwindra memegang teguh empat prinsip kepemimpinan:
• Be a never ending learner – dunia terus bergerak, bahkan di bidang yang tampak stagnan seperti offline PR.
• Be an open minded leader – terbuka terhadap kritik dan saran, namun tegas dalam arah dan instruksi.
• Be there 100% – hadir sepenuhnya saat tim membutuhkan masukan, karena kehadiran bisa menentukan arah dan semangat mereka.
• Adab lebih tinggi daripada ilmu – mendengarkan dengan tenang, memberi ruang bicara, dan tidak reaktif.
“Objektivitas lahir dari ketenangan dan penghargaan terhadap lawan bicara,” tegasnya. Filosofi ini ia pegang bukan hanya saat memimpin tim, tapi juga saat menjadi mentor, dosen, dan pembicara publik.
Pesan untuk Generasi Muda
Untuk profesional muda yang ingin berkarier di bidang marketing communications atau digital marketing, Harwindra menekankan pentingnya menemukan mentor, tidak pernah berhenti belajar, tidak cepat puas, serta melatih public speaking. “Kita baru benar-benar memahami sesuatu jika bisa menjelaskannya dengan sederhana,” ujarnya.
Harwindra percaya, masa depan komunikasi bukan hanya milik mereka yang menguasai teknologi, tetapi mereka yang bisa menghubungkan teknologi dengan empati, strategi dengan kejujuran, dan data dengan cerita. Setelah dua dekade berkarya di dunia es krim, satu hal yang ia yakini tetap sama: membangun hubungan yang hangat dengan konsumen akan selalu menjadi inti dari semua strategi.(***)