Begini Cara Hotel Majapahit Melakukan Strategi Story Telling

JAKARTA, INFOBRAND.ID – Konsep brand story telling bukanlah barang baru. Dimana ketika pertumbuhan media sosial luar biasa, peluang perusahaan untuk meraih pasar lewat brand story telling pun menjadi kian besar. Tak heran bila banyak perusahaan besar menjadikan brand story telling sebagai strategi utama mereka.
Salah satunya adalah Hotel Majapahit di Surabaya. Terkenal dengan arsitektur klasiknya, hotel yang berdiri sejak 1910 silam ini baru menerapkan strategi story telling dalam dua tahun terakhir. Hal ini disampaikan oleh Director of Sales Hotel Majapahit, Akhmad Arifin saat dihubungi INFOBRAND.ID melalui sambungan telepon, Rabu (26/6/2019).
“Penerapan story telling ini memang baru kita lakukan dua tahun ini. Tapi kalau memang pembeda dengan hotel lain sudah dilakukan sejak lama,” kata pria yang akrab disapa Akhmad ini.
Sebelum menggunakan strategi story telling, kata Akhmad, pihaknya menggunakan parade bebek (duck parade) sebagai pembeda dari hotel lain. “Para bebek ini terkenal se-Indonesia. Karena memang cuma hotel kita aja yang setiap jam 4 sore itu ada parade bebek, mulai dari lobby untuk dipertontonkan mereka berbaris,” jelasnya.
Namun semenjak adanya insiden flu burung, parade bebek itu ditiadakan lagi. Hingga akhirnya hotel yang dikelola oleh Accor Hotels ini mengaplikasikan story telling yang diklaim berbeda dengan hotel bintang lima lainnya.
“Story tellingnya memang dimulai dari pada saat tamu check in. Jadi saat check in itu biasanya ada entitas-entitas kayak semacam jejak-jejak dari hotel ini. Mulai dari check in secara visual itu sudah kentara sekali desain klasiknya yang enggak akan didapat di hotel bintang lima lainnya. Tidak ada hotel bintang lima lain di Indonesia yang punya karakter kuat seperti ini,” kata Akhmad.
Dengan penerapan strategi story telling tersebut, lanjut Akhmad, pihaknya mengalami peningkatan okupansi yang semakin tinggi jika dibanding dengan tahun lalu. “Secara kuantitatif itu terlihat sekali peningkatan okupansinya. Dan revenue-nya dari secara jumlah juga kita mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” ujarnya.
Sementara untuk strategi pemasarannya sendiri, kata Akhmad, pihaknya lebih banyak ke Below The Line (BTL) ketimbang Above The Line (ATL) dengan konteks promo lebih ke kampanye harga.
“Menginap di hotel kami yang standar mulai dari harga Rp1,1 juta sampai Rp1,3 juta untuk kamar jenis klasik. Kategori utama itu besarnya 44 meter persegi, terbesar se- Surabaya dari tahun 1910,” jelasnya.
Saat ini, Hotel Majapahit Surabaya sedang dalam proses pengajuan ke Unesco untuk dijadikan sebagai cagar budaya dunia. “Saat ini kita lagi kerjasama dengan pemkot untuk guidennya. Dan untuk masyarakat sendiri, untuk lebih kenal lagi dengan Hotel Majapahit dengan sisi storinya yang sangat kaya,” pungkas Akhmad. [ded]